Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera.
Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal.
Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas.
Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul 'Laskar Pelangi' oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang sering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.
Sayang, cita-cita Lintang untuk bisa sekolah ke luar negeri, seperti yang sering didorong oleh guru mereka, terpaksa kandas. Lintang bahkan tak tamat SMP karena orangtuanya yang nelayan tidak mampu membiayai. »Lintang adalah sosok yang menginspirasi saya. Karena itu, saya bertekad meneruskan cita-cita Lintang,» ujar Andrea, yang sekian puluh tahun kemudian berhasil mendapat beasiswa sekolah keSorbonne, Prancis.
Dan dari kisah ini pula kita dapat mengetahui betapa persahabatan begitu berarti bahkan bagi orang yang nyaris tak punya mimpi. Tapi justru karena persahabatan itulah kita bisa mewujudkan mimpi kita bersama atau tanpa sahabat. Karena dia akan selalu mendukung kita dimana pun dia.
Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul 'Laskar Pelangi' oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangannya terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang sering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.
Sayang, cita-cita Lintang untuk bisa sekolah ke luar negeri, seperti yang sering didorong oleh guru mereka, terpaksa kandas. Lintang bahkan tak tamat SMP karena orangtuanya yang nelayan tidak mampu membiayai. »Lintang adalah sosok yang menginspirasi saya. Karena itu, saya bertekad meneruskan cita-cita Lintang,» ujar Andrea, yang sekian puluh tahun kemudian berhasil mendapat beasiswa sekolah keSorbonne, Prancis.
Dan dari kisah ini pula kita dapat mengetahui betapa persahabatan begitu berarti bahkan bagi orang yang nyaris tak punya mimpi. Tapi justru karena persahabatan itulah kita bisa mewujudkan mimpi kita bersama atau tanpa sahabat. Karena dia akan selalu mendukung kita dimana pun dia.
0 komentar:
Posting Komentar